Ketika Semangatmu Mulai Turun

Sumber gambar: video.quipper.com

Pernahkah Anda merasa diri Anda sangat bersemangat melakukan sesuatu? Sampai-sampai, Anda menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu itu.

Tentu, bersemangat melakukan sesuatu yang saya maksud disini ialah hanya terbatas pada hal-hal yang positif. Jika Anda pernah sangat bersemangat bermain game, dan terus-menerus menghabiskan waktu hanya untuk bermain game, saya kira semangat yang Anda miliki salah kaprah dan salah tempat.

Oke, kita batasi pembahasan bersemangat ini hanya pada hal-hal yang positif.

Kita ketahui bersama, jika kita berniat dan bersemangat melakukan hal yang positif, pasti ada saja hambatan ditengah jalan, salah satunya semangat kita akan menurun. Entah mengapa. Itu suatu keniscayaan.

Karena, suatu hal positif yang dilakukan dengan penuh semangat, pasti akan ada ujian dari-Nya. Berbeda dengan hal yang jelas sudah negatif, jika dilakukan, akan terus-menerus semangat, tidak akan ada habisnya.

Bisa teman-teman lihat para gamers, yang sangat sulit lepas dari jeratan game. Iya, sampai kapan pun hasrat ia dalam bermain game akan terus tinggi, jika ia tidak ingin melepaskan dirinya dari game yang melalaikan itu.

Saya yakin, setiap perbuatan negatif, bahkan bisa dikatakan perbuatan buruk, para penikmatnya akan sulit menemukan rasa jenuh terhadap kebiasaan yang sudah mereka biasakan. Mereka terlanjur menikmati perbuatan negatif itu. Dan mungkin, jika tidak ada keinginan yang besar dalam dirinya untuk lepas dari segala perbuatan negatif itu, sepertinya sampai kapan pun mereka akan tetap menikmati kebiasaan buruk mereka.

Lihat saja (maaf) para perokok berat yang amat sulit lepas dari ‘kenikmatan’ setiap isapan rokok. Dan contoh lain yang bisa teman-teman temukan sendiri.

Sepertinya, kebanyakan dari kita akan candu ketika melakukan sesuatu yang buruk, yang seolah-olah nikmat dilakukan. Iya, seperti gamers dan perokok tadi. Candu terhadap hal-hal yang sudah dicap buruk.

Adakah dari kita yang candu, tetapi terhadap hal-hal yang positif? Candu bersedekah misalnya? Atau candu shalat tahajud, candu mengaji dan menghafal ayat-ayat suci Al-Quran, candu berbuat baik, candu bermanfaat bagi orang lain, atau candu-candu lainnya yang akan membawa diri kita pada kebaikan. Adakah yang seperti itu?

Saya optimis, pasti ada orang-orang yang seperti itu. Pasti ada.

Tapi, bagaimana dengan kita? Sudah sejauh mana kita bersemangat melakukan hal-hal yang positif, baik, sekaligus bermanfaat?

Mungkin, pada awal Bulan Ramadhan, kita bertekad akan mengkhatamkan bacaan Al-Quran kita. Namun ketika Ramadhan sudah setengah jalan, tekad kita seakan terhenti, karena semangat yang terus menurun. Pernah?

Kita bertekad menghafal beberapa surat yang sudah kita tentukan sebelumnya. Bahwa 
dalam rentang waktu sekian, kita sudah harus menghafalnya. Tapi ketika menghafal beberapa ayat saja, semangat kita terus menurun. Sampai pada akhir waktu yang sudah kita tentukan, kita gagal menghafal target surat yang kita targetkan. Pernah?

Kita bertekad mempelajari satu hal yang amat sangat menarik perhatian kita. Katakanlah kita akan belajar bahasa arab, atau bahasa lain yang membuat kita tertarik untuk mempelajarinya. Dan, ketika kita sudah mulai untuk belajar bahasa tersebut, ditengah jalan kita merasa bosan, karena merasa bahwa bahasa yang kita pelajari tidak semenarik apa yang kita bayangkan sebelumnya. Jadi pada akhirnya kita mengurungkan niat untuk belajar bahasa tersebut. Pernah?

Dan sekian tekad-tekad lainnya yang urung dilakukan karena semangat yang terus-menerus menurun.

Kita sendiri yang membuat target, kita sendiri yang memutuskan untuk berhenti. Jadi, yang salah siapa? Kita.

Sebenarnya, tekad kita tidaklah salah. Target kita tidaklah salah. Yang salah hanyalah kita tidak mampu mempertahankan semangat yang ada. Semangat pada diri kita seolah terus menurun seiring hal-hal tersebut dilakukan.

Sepertinya, masalah ini dihadapi setiap orang. Tidak mampu mempertahankan semangat yang menggebu-gebu di awal pelaksanaan upaya pemenuhan target, sampai akhir ketika target sudah tercapai.

Lantas, bagaimana solusinya?

Saya berikan dua tips.

Sumber gambar: http://tip.unida.gontor.ac.id

Pertama, ingat apa yang menjadi tujuan Anda dalam memenuhi target Anda. Jika Anda memasang target A, Anda perlu mengetahui betul apa yang menjadi tujuan Anda menargetkan A. Sehingga, ketika Anda menemui kejenuhan ketika target itu belum tercapai, ingatlah tujuan awal Anda, mengapa Anda menargetkan hal tersebut. Misal, Anda menargetkan mampu membaca Al-Quran dengan lancar, dengan fasih. Tajwid dan makhorijul hurufnya Anda mampu kuasai. Dan Anda menargetkan Anda mampu menguasainya dengan belajar selama 3 bulan. Nah, yang menjadi poin penting ketika Anda akan memulai upaya Anda, Anda perlu menetapkan tujuan awal Anda. Mengapa Anda menargetkan Anda mampu membaca Al-Quran dengan lancar. Misal, karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Atau, ingin menjadi muslim yang lebih baik. Atau, hanya ingin terlihat bisa dan mampu oleh teman-teman Anda.

Tentu, penentuan tujuan sangat penting dilakukan. Seberapa besar tujuan awal yang Anda miliki, akan menentukan seberapa besar upaya Anda dalam mencapai target Anda. Dan jika ketika ditengah perjalanan Anda menemukan ‘kemacetan’ pada diri Anda, Anda tinggal bertanya pada diri Anda, apa yang menjadi tujuan Anda dalam mencapai tujuan Anda. 

Ketika sudah disegarkan dengan mengetahui apa yang menjadi tujuan awal Anda, insya Allah semangat Anda akan kembali hadir, dan terus terjaga.

Sumber gambar: amykingbyrd.wordpress.com

Kedua, berhentilah ketika Anda sudah mencapai target Anda, bukan ketika Anda kelelahan dengan proses pencapaian target Anda. You have to stop when you are done. Don’t stop when you are tired. Ketika pencapaian target menjadi orientasi utama kita, insya Allah, seletih apapun, selelah apapun, kita akan tetap bersemangat dalam mencapai tujuan kita.

Nah, kedua tips itulah yang menjadikan saya sampai detik ini tetap semangat menulis. Saya memiliki tujuan, bahwa sedikit hobi saya ini harus tersalurkan. Saya berharap, teman-teman pembaca tulisan saya tergerak ketika membaca tulisan saya, setidaknya ada kebaikan yang disalurkan dari tulisan saya. Walaupun saya sadar, bahwa kemampuan menulis saya belum sempurna. Dan sampai kapan pun, pasti tidak akan pernah sempurna. Ketidaksempurnaan itulah yang menjadikan saya terus menulis.

Bagi Anda yang saat ini memiliki target hidup, atau target apapun. Termasuk ketika Anda ingin merealisasikan cita-cita, Anda perlu tahu dan menentukan apa tujuan Anda.

Sumber gambar: http://islam-today.ru

Dan, satu hal terpenting. Satu hal yang pasti akan membantu, menemani, dan merealisasikan cita-cita atau target Anda ialah, Anda harus melibatkan Allah dalam setiap langkah Anda. Bahkan, sebenarnya tujuan yang paling pasti ialah, Allah. Ia yang akan menguatkan kita dalam menjalani prosesnya. Ia yang akan memberi petunjuk ketika kita bingung kemana kita harus melabuhkan pilihan. Karena, tidak ada tujuan yang lebih menguatkan selain menjadikan Allah sebagai tujuan. Ketika kita menentukan target dan kita melibatkan Allah dalam upaya kita, insya Allah Allah akan mudahkan setiap langkah kita.

Dan, setiap dari kita akan merasakan yang namanya ‘selesai’. Kita semua akan kembali padanya-Nya. Maka dari itu, sebelum waktu ‘done’ itu tiba, mulailah, lakukanlah, selesaikanlah segala target positif Anda. Jika Anda memiliki target positif, yang akan menjadikan Anda orang yang lebih bermanfaat, segeralah mulai upaya Anda. Karena kita tidak pernah tahu, kapan kita akan dianggap ‘selesai’ oleh-Nya.

Kedua tips itulah yang seharusnya menjadikan hidup kita selalu bersemangat. Pertama, tujuan. Kedua, berhentilah ketika selesai. Dan yang paling pasti dan hakiki, tujuan dan selesainya kita hanyalah kepada Allah. Sudah seharusnya ketika kita akan memulai sesuatu, kita niatkan dan jadikan Allah sebagai tujuan. Dan, jika kita niatkan dan menjadikan Allah sebagai tujuan, kita tidak akan pernah merasa ‘selesai’, kita akan terus haus dalam menargetkan hal-hal yang bernilai kebaikan. Lalu, sampai kapan? Sampai Allah menentukan, bahwa segala target kebaikan kita di dunia telah ‘selesai’.

Maka, sekarang tidak ada lagi alasan mengapa kita menunda segala target baik kita. Tidak ada lagi alasan mengapa kita mengurungkan niat baik kita. Karena waktu kita terbatas, kapan lagi kita akan realisasikan target kita, jika tidak sekarang?
***

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Praktek Nikah

Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan