Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan
Dalam kehidupan, semua hal Allah sediakan pasangannya. Benar
dan salah, dunia dan akhirat, pahala dan dosa, awal dan akhir, sampai baik dan
buruk. Kita diberi pilihan untuk memilih, mau benar atau salah, mau mendulang pahala
atau dosa, mau baik atau buruk.
Hidup ini ibaratkan magnet yang memiliki dua kutub, yakni
kutub utara dan kutub selatan. Sama halnya dengan hidup, ada kutub kebaikan dan
kutub keburukan. Pada magnet, kedua kutub tersebut akan menempel dan saling menarik
apabila dihadapkan dengan kutub yang berbeda. Kutub tersebut harus dipertemukan
dengan kutub yang berlawanan untuk dapat saling menarik, yakni kutub utara
dengan selatan.
Bagaimana dengan kutub kebaikan dan kutub keburukan dalam
kehidupan tadi? Ya, dalam kehidupan ini kita seolah-olah ditarik dan dibawa ke
kedua kutub tersebut, kebaikan dan keburukan. Mungkin kita bisa sebut
orang-orang yang dalam kesehariannya selalu lalai ; mabuk-mabukan, berjudi, LGBT, free sex, itu mereka yang lebih
‘tertarik’ pada kutub keburukan. Tertarik disini dalam arti terbawa dan memilih
keburukan mendominasi dalam hidupnya, bukan dalam arti ketertarikan dalam diri
untuk memilih keburukan itu.
Selama nafas masih bisa dihembuskan, dan jantung masih
berdetak, tarikan dari kedua kutub itu akan selalu ada. Tinggal bagaimana kita
menghadapi dan menyikapinya, maukah kita memilih jalan hidup kebaikan dan
meninggalkan segala keburukan?
Jika kutub utara magnet dihadapkan dengan kutub selatan
magnet yang lain, kutub utara magnet tersebut akan langsung menarik kutub
magnet yang satunya, tanpa ada jeda terlebih dahulu, alias langsung menempel.
Berbeda halnya ketika kita dihadapkan dengan tarikan atau
godaan dari kutub keburukan, tidak akan langsung kita menerima tarikan atau
godaan itu, melainkan akan ada proses berpikir terlebih dahulu sampai akhirnya
kita bertindak, misal kita ditawari sebungkus ekstasi untuk kita ‘cicipi’,
akankah kita langsung mencicipinya? Pasti akan berpikir dua kali untuk
mencicipi barang haram tersebut, walau misal pada akhirnya tetap mencicipi.
Nah, dalam
kehidupan akan selalu ada pilihan, mau bergabung pada kutub kebaikan, atau
kutub keburukan. Jika kita sudah ‘tertarik’ dalam salah satu kutub, katakanlah
itu kutub kebaikan ; kita selalu menebar
senyum dan salam setiap bertemu kawan, shalat tidak pernah terlewat, memberi
kepada yang membutuhkan, sampai tidak sombong dan rajin menabung. Akankah
kita selalu berada pada kebaikan itu? Tidak, belum tentu. Akan selalu ada
tarikan dari kutub keburukan agar kita menjadi bagian darinya.
Begitu juga dengan yang sudah ‘tertarik’ kutub keburukan,
yang kehidupannya lebih sering digunakan untuk melakukan hal-hal yang buruk.
Akan ada pula tarikan dari kutub kebaikan, agar menjadi bagian darinya.
Bagaimana dengan kamu?
Apakah sudah terbiasa melakukan kebaikan? Atau merasa masih banyak melakukan keburukan? Atau lebih sering melakukan keburukan, tapi sangat ingin melakukan kebaikan? Atau sebaliknya, sudah terbiasa melakukan kebaikan, tapi ada godaan diri untuk melakukan keburukan?
Apakah sudah terbiasa melakukan kebaikan? Atau merasa masih banyak melakukan keburukan? Atau lebih sering melakukan keburukan, tapi sangat ingin melakukan kebaikan? Atau sebaliknya, sudah terbiasa melakukan kebaikan, tapi ada godaan diri untuk melakukan keburukan?
Sebenarnya kita ini memiliki kontrol penuh terhadap diri
kita, ketika akan berbuat buruk pun, kita masih berpikir apakah akan
melakukannya apa tidak. Ingat, kita
memiliki kontrol penuh terhadap diri kita. Mau berbuat baik ya itu pilihan
kita. Mau berbuat buruk pun itu pilihan kita. Godaan akan selalu hadir mewarnai
kehidupan ini.
Tinggal kita memilih, mau baik? Apa buruk?
Komentar
Posting Komentar