Semua Butuh Proses


Sumber gambar : http://hizbagusz1404.deviantart.com

Pada diri manusia, selalu ada kebaikan dan keburukan. Ada semangat juang, ada keputusasaan. Ada optimisme, ada pesimisme. Bahkan ketika kita sedang bersemangat penuh dalam menjalani satu kegiatan, panggilan keputusasaan dari hati pasti akan selalu ada. Ketika kita sedang merasa optimis dititik maksimal, rasa pesimis pasti selalu menyertai.

Sama seperti ketika kita mengerjakan soal. Di satu sisi, kita merasa yakin dengan jawaban yang telah kita isi. Tapi di sisi hati yang lain, ada perasaan ragu atas jawaban yang sudah kita isi. Betul bukan?

Sama seperti saya ketika ingin mengikuti program menulis 30 hari Ramadhan Inspiratif ini, ada perasaan tidak yakin ketika mengisi form pendaftaran, apakah diri ini mampu menyelesaikan tantangan menulis selama 30 hari. Tapi pada akhirnya saya meyakinkan diri saya, bahwa tidak ada pilihan lain selain optimis dan terus maju.

Pun demikian ketika kita berniat berpuasa selama sebulan penuh, apakah ditengah jalan niatnya akan mengendur, atau akan selalu poll.

Mengapa diri kita sering merasa pesimis terhadap hal yang belum tentu terjadi? Karena kita selalu berpikir terlalu jauh, apakah nanti kita masih kuat atau tidak, apakah nanti kita masih mampu atau tidak. Selalu saja memikirkan ‘nanti’, padahal segala ketakutan kita pada ‘nanti’ itu belum tentu terjadi. Bahkan, diri kita sampai pada waktu ‘nanti’ saja belum tentu. Iya kan?

Nah, maka dari itu, bahwa semuanya itu ada waktunya dan ada prosesnya. Mengikuti program menulis selama 30 hari ini tentu ada waktunya, ya waktunya 30 hari, dan disetiap hari pun diberi waktu untuk berpikir dan menulis selama 24 jam. Prosesnya bagaimana? Ya itu tergantung kita, bagaimana caranya memanfaatkan waktu yang ada agar bisa menciptakan proses yang baik.

Seorang hafidz quran saja tidak langsung hafal 30 juz, pasti melewati proses yang panjang dan berliku. Seorang ulama saja tidak langsung hafal banyak kitab, pasti telah melalui tantangan dan godaan yang besar. Seorang chef pun tidak langsung ahli memasak, tetapi pasti ada proses dimana ia mulai belajar memasak, ada proses dimana masakannya keasinan, dan lain sebagainya.

Bala-bala yang biasa kita jadikan tajil pun tidak ujug-ujug menjadi bala-bala, ada proses mengadon terigu, memotong wortel dan kolnya, sampai akhirnya digoreng dan disajikan di meja makan.

Yang pasti, semuanya butuh proses. Anak yang baru lahir tidak bisa langsung berjalan, berbicara, apalagi berlari. Ia perlu diberi ASI dulu, dituntun ketika belajar berjalannya, dan seterusnya.

Ramadhan juga merupakan suatu proses, proses pematangan iman kita sebelum bertemu hari kemenangan. Begitu pun menjadi muslim yang baik, pasti melewati proses yang tidak mudah. Jadikan Bulan Ramadhan ini sebagai proses untuk menjadi muslim yang lebih baik. Perlahan-lahan mengamalkan amalan yang tidak biasa kita amalkan; tilawah quran, qiyamullail. Ketika kita melewati proses yang tidak mudah dan kita mampu melewatinya, kitalah seorang pemenang. Kita tinggal memilih, ingin menjadi seorang yang gagal ditengah proses yang membangun, atau orang yang tangguh dan menang melalui proses yang sulit.

Semoga kita bisa menikmati segala proses ibadah dan pengembangan iman kita di Bulan Ramadhan ini, sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih matang secara pikiran, akhlak, dan juga iman di hari kemenangan nanti. InsyaAllah, aamiin.

***


#Ramadhan Inspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Praktek Nikah

Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan