Luruskan Niat

Sumber gambar http://www.imgrum.org

Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika sore hari, saya menonton sebuah kajian di youtube. Karena sedang suasana Bulan Ramadhan, list video kajian di youtube pun banyaknya kajian tentang Bulan Ramadhan. Akhirnya, saya memilih salah satu video ceramah pendek, yang berdurasi kurang lebih 15 menit

Ditengah video kajian tersebut, sang ustadz menyebutkan pentingnya kita meluruskan niat dalam beribadah di Bulan Ramadhan ini. Katanya, banyak diantara kita yang sering salah fokus dalam beribadah, sehingga terkadang menimbulkan niat yang kurang lurus. Banyak diantara kita, yang ketika mendatangi kajian, hanya berniat melihat ustadznya karena ustadznya bagus, katanya. Atau barangkali ketika shalat tarawih, shalat tarawihnya menyengaja datang ke masjid tertentu, hanya karena ingin melihat penceramahnya yang bagus, atau imamnya yang bersuara merdu.

Lalu ustadz tersebut menukil hadist,

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

"Barangsiapa menegakkan shalat di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala), maka diampuni dosanya yang telah lalu"  (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu sang ustadz memfokuskan pada potongan hadist tersebut, yang menyatakakan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, jadi katanya, seluruh ibadah yang kita lakukan haruslah berlandaskan niat yang lurus lillahi ta'ala. Jangan tercampur oleh hal yang lainnya, seperti hanya karena ingin melihat penceramahnya, atau imamnya.

Masya Allah. Saya ini orang yang termasuk pengagum penceramah yang bagus, dan imam yang bersuara merdu. Dan tak jarang juga saya mendatangi masjid tertentu memang karena penceramahnya kondang atau imamnya bagus. Kajian yang saya tonton sore itu secara tidak langsung mengingatkan saya, bahwa setiap ibadah yang didirikan harus lillah

Memang boleh, menjadikan penceramah atau imam sebagai pendorong ibadah kita, agar lebih bersemangat dalam ibadahnya. Tapi, jangan sampai niat beribadah itu menjadi sedikit berbelok karena hal yang tidak seharusnya. Awalnya ingin mencari pahala, jatuhnya malah bisa mendapat dosa. Kita harus bercermin, apakah niat ibadah kita sudah lillah atau belum. Jika belum, luruskanlah.

Dan setelah menonton kajian itu, saya putuskan malamnya untuk shalat tarawih di masjid besar yang dekat saja, tidak perlu menjelajah masjid malam ini, pikir saya. Sebenarnya, beberapa hari sebelum menonton kajian itu, saya sudah berniat kalau pada malam itu (malam dimana saya menonton kajian), saya akan shalat tarawih di salah satu masjid yang diimami imam bersuara merdu. Tetapi mungkin Allah mengingatkan saya, agar saya tidak perlu pergi shalat kesana. Dan pada hari itu pun, salah seorang teman saya mengajak saya untuk shalat di masjid itu. Akhirnya saya menolak ajakan teman saya, dan memilih shalat di masjid yang dekat saja.

Kita sebutlah masjid yang diimami imam merdu itu masjid A. Dan masjid yang menjadi pilihan saya malam itu masjid B.

Singkat cerita, teman saya jadi shalat tarawih di masjid A, saya tetap shalat di masjid B. Dan tahukah teman-teman? Ketika saya memutuskan shalat di masjid B, shalat tarawih di masjid B diimami oleh gurunya imam di masjid A. Bisa dimengerti? Saya tegaskan, saya mendapati imam di masjid B adalah guru dari imam di masjid A. Saya tahu bahwa imam di masjid A berguru pada imam di masjid B.

Hati saya tersentak. Ketika saya mencoba meluruskan niat, Allah sudah berikan yang lebih. Dan tentu gurunya ini memiliki suara yang tidak kalah merdu. Kalau muridnya saja bagus, apalagi gurunya? Dan bukan hanya itu, penceramah tarawih di masjid B itu pun luar biasa bagusnya, materi ceramahnya sangat pas, diselingi dengan sedikit humor.

Duh, masya Allah. Kalau kita menyerahkan segalanya kepada Allah, meniatkan segalanya hanya untuk Allah, terkhusus ibadah kita, insyaAllah Allah pasti memberikan reward kepada kita. Memang bukan reward yang kita cari, tapi ridho-Nya. Tapi reward itulah yang terkadang bisa membukakan mata kita, agar kita selalu berniat hanya untuk-Nya. Kita ini terlalu bodoh dan lemah, sehingga Allah harus memperlihatkan 'keajaiban' atau 'reward' dahulu kepada kita, agar kita sadar bahwa segalanya dari Allah.

Mari kita cek diri kita masing-masing. Sudah sebersih apakah hati kita ketika beribadah kepada Allah. Sudah selurus apakah niat kita ketika beribadah kepada Allah. Keikhlasan dan keimanan itu perlu diasah, karena kita hanyalah makhluk yang lemah, yang seringkali tergelincir oleh hati dan pikiran kita sendiri. Jika tidak ada iman dihati kita, pastilah setan akan senantiasa menghantui, menggoda pada jiwa yang lemah, termasuk ketika beribadah.

"Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya