Mengupgrade Iman di Bulan Ramadhan

Beberapa hari sebelum Ramadhan, alhamdulillah saya menyempatkan waktu untuk menyibukkan diri dengan mendatangi kajian-kajian Islam. Saya rasa, semakin dekatnya Bulan Ramadhan kepada kita, jika tidak diimbangi dengan persiapan iman, Bulan Ramadhan akan terasa hambar. Maka dari itu, qodarullah, saya cukup sering hadir ke kajian ilmu sebelum Ramadhan dalam rangka persiapan iman menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah.

Dan alhamdulillah, saya merasakan nikmat yang luar biasa setiap hadir ke kajian ilmu. Iman saya terasa diberi vitamin dan nutrisi, sehingga seakan-akan lebih segar dan siap menyambut kedatangan tamu agung. Kalau kata guru saya, datang ke majelis ilmu itu dalam rangka mencari vitamin qolbu, agar selalu segar dan semangat dalam beribadah. Jika diibaratkan komputer atau gadget, iman kita ini harus selalu di-upgrade operating system-nya, agar tidak lemot ketika digunakan. Agar ketika waktu ibadah sudah tiba, kita siap segera untuk memenuhinya. Apalagi di Bulan Ramadhan, yang setiap amal dilipatgandakan pahalanya. Iman juga bagaikan tumbuhan. Ketika ia diberi air, ia akan tumbuh. Dan sebaliknya, ketika ia tidak disiram dan tak diurus, ia akan layu. Maukah iman kita layu? Apalagi di Bulan Ramadhan? Tentu tidak, makanya dirasa perlu diri ini melangkahkan kaki ke majelis ilmu.

Dalam beberapa kesempatan, saya menemukan suasana haru dalam kajian itu. Haru karena ingat dosa, tentu iya. Haru karena lalai dalam beribadah, tentu iya. Haru karena berkumpul dengan saudara-saudara seiman, tentu iya. Tapi haru yang ini berbeda. Qodarullah, saya diizinkan oleh Allah menyaksikan jama’ah yang berikrar mengucapkan dua kalimat syahadat untuk hijrah menjadi muslim.

Bisa dihitung, dalam waktu satu minggu kebelakang, saya menyaksikan 2 orang akhwat yang hijrah menjadi muslimah. Pertama, ketika saya menghadiri kajian di Masjid Trans Studio Bandung, kajian Pemuda Hijrah, pematerinya Ustadz Hanan Attaki. Ada salah seorang akhwat yang meminta dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat didepan seluruh jama’ah. Proses pengucapan dua kalimat syahadat yang dituntun langsung oleh Ustadz Hanan Attaki berlangsung haru. Ketika akhwat tersebut mengucap ulang syahadat yang diucapkan oleh Ustadz, akhwat tersebut terharu dan menitikkan air mata. Sontak suasana masjid pun menjadi hening dan haru. Sesaat setelah syahadat diucapkan, jama’ah seisi masjid bertakbir, Allahu Akbar!!! MasyaAllah.

Setelahnya, Ustadz Hanan Attaki bertanya mengapa dan bagaimana proses ia mencari dan memilih Islam. Jawabannya luar biasa bung, membuat kita yang sudah ditakdirkan muslim sejak lahir berpikir dan merenung. Begini kurang lebih pertanyaan dan jawabannya..

Ust. Hanan : “Kenapa teteh milih Islam? Gimana prosesnya sampai akhirnya mantap memilih menjadi muslim?”

Teteh muallaf : “Iya, karena saya ngerasa kurang nyaman ketika saya ibadah di agama saya. Enggak ada perasaan tenang. Dan mungkin Allah ngebukain jalan biar saya nyari mana jalan yang bener, jalan yang harus saya pilih. Saya juga ikut kajian ini bukan hari ini doang, sebelum-sebelumnya juga saya suka ikut, demi nyari tau dan ngemantepin hati saya. Sebenernya, proses saya mantap masuk Islam itu enggak sebentar. Ada kurang lebih 5 tahun. Saya banyak nanya ini-itu tentang Islam ke temen-temen saya yang muslim. Saya nanya ‘kenapa harus shalat’, ‘kenapa harus puasa’, dan lain sebagainya. Sampe akhirnya saya sedikit tau tentang ibadah-ibadah Islam. Jadi, proses ini tuh enggak gampang. Enggak semudah temen-temen ngeliat saya ikrar baca syahadat, enggak itu doang. Saya harus nempuh jalan yang jauh dan gak lama untuk meyakinkan hati saya. Dan bagi kalian yang udah jadi muslim sejak lahir, kalian beruntung. Kalian gak harus nyari-nyari lagi kayak saya.” (sambil terisak menahan haru)

Masya Allah. Saya pun seketika terdiam ketika mendengar jawaban teteh itu. Saya berpikir, sudah sejauh mana pemahaman saya terhadap agama yang sejak dari lahir saya anut? Sudah sejauh mana ibadah saya kepada Allah? Sudah sejauh mana usaha saya mendekatkan diri kepada Allah? Mungkin ibadah saya masih banyak yang bercampur baur dengan segala penyakit hati, mungkin pemahaman agama saya tak sejauh saudara-saudara seiman yang baru masuk Islam, mungkin sejak lahir saya terlalu banyak berdiam diri tanpa merenungi apa yang harus saya lakukan sebagai muslim. Sedih ada, semangat juga ada. Tapi tentu kesedihan yang saya rasakan memicu semangat saya untuk menjadi muslim yang lebih baik dan lebih ta’at. InsyaAllah.

Dan setelah itu, Ustadz Hanan memimpin do’a untuk kebaikan teteh muallaf yang diaminkan oleh jama’ah seisi masjid. Aamiin..

… ... ...

Itu baru satu cerita saya menyaksikan seorang muallaf berikrar mengucap dua kalimat syahadat, ada satu lagi, yang semoga menggugah hati kita untuk berusaha menjadi muslim yang lebih ta’at. Begini ceritanya…

Hari kamis minggu terakhir sebelum Ramadhan tiba, saya menghadiri kajian ma’rifatullah Aa Gym di Masjid Daarut Tauhiid. Pada saat itu Aa memberi ceramah tentang shaum yang baik. Katanya, selain shaum makan dan minum, kita pun harus shaum telinga, mata, dan mulut. Jika ketika di luar Bulan Ramadhan mata, telinga, dan mulut kita lebih sering digunakan pada tempat yang salah, ya kalau di Bulan Ramadhan kita mencoba berusaha sekeras mungkin untuk hanya melihat yang baik saja, mendengar yang bak-baik saja, dan berbicara seperlunya, yang baik-baik saja. Jangan menyia-nyiakan segala peluang pahala di Bulan Ramadhan ini. Salah sedikit saja dalam melihat, mendengar, dan berbicara, itu bisa mengurangi pahala shaum kita, katanya.

Dan sama seperti kajian Pemuda Hijrah tadi, ada seorang akhwat yang meminta dituntun mengucap dua kalimat syahadat oleh Aa Gym. Saya masih ingat betul namanya, namanya Teh Esther. Entah penulisannya benar atau tidak, yang pasti ketika dilafalkan bunyinya ‘Ester’. Suasana ketika Teh Esther melafalkan dua kalimat syahadat berlangsung haru, karena Teh Esthernya menangis, bukan hanya terharu. Nah, sebenarnya Teh Esther dulunya sudah muslim, tetapi tidak tahu bagaimana ceritanya, beliau murtad menjadi penganut Kristen. Saya tahu setelah Teh Esther menjawab pertanyaan Aa Gym. Kurang lebih begini jawabannya…

Aa Gym : “Gimana ceritanya Teh Esther mau masuk Islam?”

Teh Esther : “Iya A, setelah 2 tahun saya Kristen, saya enggak tenang, ada perasaan gak enak hati.” (seketika menangis)

Aa pun tidak melanjutkan pertanyaan, dan langsung mendo’akan kebaikan Teh Esther yang diamini seluruh jama’ah Masjid Daarut Tauhiid. Aamiin.

Nah, begitulah ceritanya. Membuat kita yang terlahir muslim harus banyak-banyak bertafakkur kepada Allah, mensyukuri segala nikmat-Nya, dan beribadah sesemangat mungkin, sekeras mungkin. Karena godaan akan selalu ada dari segala sisi, depan belakang kiri kanan atas bawah. Kita harus memiliki perisai untuk melawan segala godaan itu. Bagaimana caranya? Dengan mempertebal dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tentunya, Bulan Ramadhan ini harus menjadi ajang dan momentum perubahan iman kita, agar bisa menjadi muslim yang lebih baik dan lebih ta’at.

Kalau biasanya diluar Bulan Ramadhan kita jarang tilawah Al-Quran, ya kalau Bulan Ramadhan mah usahakan membaca setiap harinya. Kalau biasanya diluar Bulan Ramadhan kita jarang qiyamullail, ya kalau Bulan Ramadhan mah usahakan shalat taraweh jangan sampai tertinggal. Dan sekian banyak kebiasaan baik yang biasa kita tinggalkan, kita coba upayakan untuk menghadirkannya kembali di bulan yang penuh berkah dan suci ini. InsyaAllah, setelah Ramadhan usai, kebiasaan baik itu tetap terjaga.

Semoga Allah memudahkan niat kita dalam beribadah,
Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjalani segala niat ibadah kita,
Semoga Allah mengistiqamahkan kita semua. Aamiin ya robbal ‘alamin.

***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

  1. Alhamdulillah, dapar ilmu baru. Saja jadi pengen tinggal di Bandung, biar bisa ikut kajian Ustadz-Ustadz keren.

    Oh ya, sedikit masukan, akan lebih baik jika tulisan ditambahi gambar. Apalagi jika gambar suasana kajian, pasti lebih keren. Nuhun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sarannya. Ini blog saya terkesan membosankan ya teh?:(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Praktek Nikah

Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan