Kejadian Ayat Sajadah

Sumber gambar : http://www.embunhati.com

Beberapa waktu lalu, saya bersama teman saya mengikuti qiyamullail tahajud di salah satu masjid di Kota Bandung.  Saat itu saya bersama teman saya datang ke masjid itu pukul 21.00 dan bermalam disana. Bermalam disana berarti mengharuskan kami untuk sahur disana, alhamdulillah panitia pelaksana acara qiyam tersebut sudah menyediakan makan sahur untuk jama’ah.

Dan tibalah pukul 02.00, sang imam sudah hadir dan qiyam akan segera dilaksanakan. Tak lama setelah imam datang, qiyam pun langsung dilaksanakan. Sang imam pun merpersilahkan seluruh makmum untuk merapihkan dan merapatkan shafnya. Dimulailah qiyam itu, yang akan didirikan sebanyak 8 raka’at dan ditutup dengan 3 raka’at witir.

Qodarullah, sang imam membacakan surah Al-Insyiqaq pada raka’at ke-7, yang dimana pada ayat 20-21 itu terdapat ayat sajadah, yang apabila kita membaca atau mendengar ayat sajadah, kita disunnahkan untuk bersujud. Dan, pada saat imam sampai pada ayat 20-21, imam pun mengucapkan takbir seraya langsung sujud. Tapi, tidak seluruh makmum ikut sujud, ada diantara kami yang menegur imam dengan mengucap tasbih, “Subhanallah”. Tapi mungkin lebih banyak yang sujud, daripada yang tetap berdiri dan mengucap tasbih. Mungkin, yang menegur imam dengan mengucap tasbih bermaksud mengingatkan imam, karena merasa itu keliru.

Bagi saya, kejadian ini cukup menggelitik dan menyedihkan sekaligus memberikan hikmah tersirat. Kenapa menggelitik dan menyedihkan? Dan apa hikmahnya?

     1.  Kita manusia, seringkali dengan mudahnya menghukumi sesuatu yang tidak kita paham. Kita ini sering tidak mengerti, sering tidak paham, tetapi sering berani memberikan statement, sering berani menghukumi, sering berani memberikan fatwa. Mungkin kita bermaksud baik, kita berharap dengan teguran, peringatan, atau statement dari kita akan meluruskan apa yang menurut kita salah. Tapi, jika kita tidak memiliki ilmu terhadap persoalan itu, apakah itu dibenarkan?

Allah ta’ala berfirman :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (Q.S Al-Isra : 36)

Tafsir Imam Ibnu Katsir rohimahullah : “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Allah Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Quranul Azhim, surat Al-Isra;36)

     2.  Kebanyakan makmum sudah baligh, sudah dewasa. Yang menjadi pertanyaan bagi kita semua ialah, sudah sejauh mana kita mempelajari Al-Quran? Apakah kita tahu berapa jumlah ayat dan surat dalam Al-Quran? Dan apakah kita tahu bahwa didalam Al-Quran terdapat ayat sajadah yang ketika kita membaca atau mendengarnya kita disunnahkan bersujud? Sudah sejauh mana wawasan dan pengamalan kita terhadap pedoman hidup kita ini? Tidakkah kita ingin termasuk golongan sebaik-baiknya manusia?

Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

     3.  Tentu, haruslah kita berkaca diri. Sudah sejauh mana diri ini berusaha belajar dan mengamalkan Al-Quran. Memang sulit dan tidak mudah. Tapi tidak bisakah diri ini berusaha?
Mungkin 3 poin itu yang menjadi sorotan saya. 

Dan, apa yang terjadi selanjutnya? Setelah raka’at ke-7 dan 8 ditutup dengan salam, sang imam memohon maaf dan memberikan nasehat ilmunya tentang ayat sajadah itu. Sang imam kurang lebih berkata seperti ini,

“Bismillahirrahmanirrahim. Ya ikhwah fillah, tadi di raka’at ke-7 kita melakukan sujud sajadah atau sujud tilawah. Yang dimana ketika kita membaca atau mendengar ayat sajadah, kita disunnahkan untuk bersujud. Mohon maaf sebelumnya saya tidak memberikan informasi kalau kita akan melakukan sujud sajadah. Dan qodarullah, kita sampai pada surah Al-Insyiqaq, yang didalamnya terdapat ayat sajadah. Mungkin tadi ada diantara makmum yang menegur imam dengan mengucap tasbih. Tapi bagi yang belum tahu, itu tidaklah keliru. Dalam fiqih, itu ada tuntunnannya, bahwa kita disunnahkan sujud ketika membaca atau mendengar ayat sajadah. Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum.”

Masya Alah.

Allah Ta’ala berfirman :

Demi masa! Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S Al-Ashr: 1-3)

Begitulah ceritanya. Kesimpulannya adalah,

Selagi kita masih diberikan nikmat Ramadhan pada tahun ini, ayo bersama-sama mencoba memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang sangat baik ini. Bulan yang penuh berkah, suci, penuh ampunan, ketika Alah mengobral pahala bagi kita, tidakkah kita terketuk dan tertarik untuk berlomba-lomba mendapatkannya? Jadikan Ramadhan ini waktu untuk mempelajari, membaca, menghafal, mentadabburi, dan tentunya mengamalkan ayat-ayat suci Al-Quran. Memang tidak mudah dan perlu proses untuk mengerjakannya, tapi sudah seharusnya kita berusaha selagi masih sempat.

Allah ta’ala berfirman :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Q.S Al-Baqarah: 185)

***

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Praktek Nikah

Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan