Gemuk, Enak Gak Sih?

Sumber gambar www.fimadani.com

Banyak diantara kita yang merasa tidak nyaman ketika orang lain menyebut diri kita gendut, gemuk, atau lain sebagainya. Dan yang lebih parah, ada yang sampai menghardik,

“Dasar gendut!”          
“Duh gak nyadar body banget sih lu!”

Sebenarnya saya pribadi tidak pernah bermasalah dengan orang yang gemuk, karena banyak teman saya yang memiliki badan yang cukup gemuk. Tapi, pernah juga suatu saat saya merasa kurang nyaman ketika berdekatan dengan orang yang gemuk. Ayo tebak, ketika apa coba?

Ya, ketika shalat. Bisa Anda bayangkan tubuh saya (jika Anda mengenal saya) dihimpit dua orang berbadan besar ketika tahiyat akhir. Sungguh, itu sangat menyesakkan. Karena otomatis orang yang (maaf) memiliki paha besar, akan kesulitan ketika duduk tahiyat akhir.

Iya, sehingga saya yang berbadan cukup proporsional ini merasa kurang nyaman ketika shalat dan dihimpit dua orang yang cukup besar. Sungguh tidak mengenakkan, karena kaki saya yang imut ini menjadi terhimpit dan jarak antara lutut kanan dan kiri saya sangatlah dekat, mendekati rapat. Bayangkan! Sehingga ketika imam mengucapkan salam, saya merasa sangat lega dan plong, saya bisa sedikit maju membenarkan posisi duduk saya.

Dan ketika saya berpikir tentang orang yang gemuk, saya kira itu hal yang kurang mengenakkan, karena mungkin aktifitas sehari-hari akan sedikit terganggu. Ya contoh kecilnya saja ketika shalat, mungkin akan sedikit merasa kesulitan. Dan, mengapa setiap wanita selalu lebay ketika disebut gemuk, gendut, sedikit besar, atau bahkan bengkak? 
Karena tidak lain tidak bukan itu mengganggu penampilan, iya bukan? Saya kira sih kebanyakan wanita tidak ingin gemuk bukan karena soal kesehatan, melainkan soal penampilan. Tapi mungkin banyak juga wanita yang tidak ambil pusing dengan penampilan, sehingga ia bisa sikat sana sikat sini.

Sebenarnya, gendut atau gemuk itu karena apa sih? Ya tentu, karena pola makan. Makan dalam porsi yang besar, ditambah lagi mungkin kurang olahraga. Sebenarnya setiap orang yang merasa gemuk menyadari betul apa penyebabnya ia gemuk. Tapi, ya ada yang masa bodo, ada juga yang berusaha menjadi ideal.

Eh, sebelum lanjut baca, tidak ada maksud menyinggung ya. Mohon maaf sekali, tulisan ini saya usahakan seobjektif mungkin, disertai dengan dalil-dalil shahih dibawah. Mangga, lanjut baca.

Nah, berangkat dari pengalaman shalat terhimpit dua orang gemuklah saya menulis ini.

Teman-teman pembaca yang budiman, tentu setiap hal dalam hidup ini sudah ada contohnya dari Rasulullah shallallahu wa’alaihi wassallam, dan ada tuntunannya dalam agama. Nah, sebenarnya, bagaimana Islam memandang orang yang gemuk?

Katanya, Allah benci kepada orang gemuk, benarkah?

Saya akan berikan dalil tentang orang yang gemuk dari Allah dan Rasul-Nya yang sudah saya copy dari web terpercaya,

Ada beberapa dalil yang menunjukkan celaan bagi orang gemuk karena banyak makan. Diantaranya,


Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sebaik-baik umatku adalah masyarakat yang aku di utus di tengah mereka (para sahabat), kemudian generasi setelahnya. Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.”
 (HR. Muslim dan Ahmad)
Allah mencela orang kafir yang hidupnya hanya makan, seperti binatang. Allah berfirman,
“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
 (Muhammad:12)
Hadis lain yang menunjukkan celaan bagi gemuk,
Dari Ja’dah bin Khalid, bahwa Nabi S
hallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada orang gendut. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk perutnya,
“Andai gendut ini tidak di sini, nscaya itu lebih baik bagimu.”
 (HR. Ahmad, dan sanadnya didhaifkan Syuaib al-Arnauth).
Kemudian dalam hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Suatu ketika ada orang bersendawa di dekat Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menegurnya,

“Jangan keras-keras sendawanya, sesungguhnya orang yang paling sering kenyang di dunia, dia paling lama laparnya di akhirat.”
 (HR. Turmudzi dan dihasankan al-Albani)
Kemudian, disebutkan pula dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan salah satu model manusia yang disiksa di hadapan seluruh makhluk,
“Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat besar dan gemuk pada hari kiamat, akan tetapi timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk. Bacalah firman Allah, (yang artinya), “Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari & Muslim).
Ketika menyebutkan hadis di atas, an-Nawawi mengatakan,

 “Timbangannya di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk” artinya beratnya dan nilainya tidak menyamai sayap nyamuk, artinya tidak ada nilainya. Di sini terdapat celaan bagi kondisi gemuk. (Syarah sahih Muslim, 17/129)
………
Wuih, banyak sekali ya? Tapi ada juga gemuk yang tidak tercela, ini dalilnya…
Aisyah menceritakan,

Bahwa Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan witir 9 rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat. Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk. (HR. Ahmad dan Bukhari).
Dari Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma,
Saya bertanya kepada pamannya, Ibnu Abi Halah tentang ciri fisik Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan,
Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang badannya besar. (as-Syamail al-Muhammadiyah Turmudzi, 1/34).
…......
Pada intinya, gemuk yang buruk yang dibenci Allah itu adalah gemuk yang melalaikan, membuat malas bergerak dan beribadah.
Nah, apa kaitannya dengan Bulan Ramadhan? Begini, banyak diantara kaum muslimin yang ketika berbuka atau sahur itu makannya tidak beraturan, seperti balas dendam setelah kurang lebih 12 jam berpuasa. Semua dihajar, semua disikat. Efek buruknya ialah membuat malas dan kantuk. Sehingga mungkin shalat tarawihnya menjadi bolong, karena berat oleh makanan yang menumpuk di perut. Atau yang lebih parah setelah sahur langsung tidur karena terlalu kenyang, tanpa shalat shubuh terlebih dahulu. Wah, bahaya sekali.
Tentu yang jauh lebih baik ialah segala yang pas, segala yang proporsional, segala yang ideal. Tidak kelebihan, tidak kekurangan. Makan ya pas, badan pun pas. Makan tidak berlebihan, badan tidak kegemukan. Karena kan makan pun ada adabnya, tidak semua disikat, dihantam.
Intinya, gemuk itu tidak salah selama itu tidak memberatkan kamu. Tapi, pasti berat ya? Ganti deh. Intinya, gemuk itu tidak salah selama itu tidak membuat kamu dan orang lain terbebani. Jangan karena gemuk, malah jadi lalai dan malas. Dan tentunya, yang jauuh lebih baik adalah yang segala pas dan ideal.
Semoga ada inspirasi dan manfaat yang didapat. Terima kasih.

***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Naskah Pidato : Revolusi Mental Generasi Muda

Salam Sinergi