Cuma Kamu

“Cuma kamu yang ada di hati akuu.”

“Cuma kamu yang bisa buat aku nyaman.”

“Cuma kamu yang buat hari-hari aku berwarna.”

Pernah ngomong gitu ke temen? Atau temen pernah ngomong gitu ke kamu? Basi!

Basi banget denger kalimat itu. Saya kira semua orang pernah denger kalimat itu, walaupun gak setiap orang pernah ngomong kayak gitu, dan gak setiap orang pernah dikasih kalimat kayak gitu. Tapi saya yakin pembaca udah pernah denger atau baca postingan orang dengan kalimat seperti itu. Basi banget kan. Karena udah basi, saya bakal bahas ‘cuma kamu’ dalam perspektif yang berbeda. Bukan ‘cuma kamu’ yang dipake buat gembel.

Terus ‘cuma kamu’ yang kayak gimana dong? Yang manfaat dan guna!

Gembel mah gak guna, semu, cuma buat orang baper sesaat. ‘Cuma kamu’ yang saya bahas di tulisan ini 100% dipastikan manfaat dan berguna. Kita bahas ‘cuma kamu’ untuk perubahan.

“No one can change your life, if not you.”

Bisa dimengerti quotes diatas? Quotes sederhana yang sangat logis. Gak ada yang bisa ngerubah hidup kamu, kalau bukan kamu. Ketangkep?

Iya, kamu. Cuma kamu. Cuma kamu yang sepenuhnya ngendaliin diri kamu mau jadi apa dan gimana. Orang lain cuma ngasih saran seadanya, apa yang ada dipikiran dan pandangan mereka. Bahkan orang tua, orang tua pun cuma ‘nganter’ kamu, gak punya keputusan lebih. Sisanya, kita yang milih.

Kamu mau sukses? Ya cuma kamu yang bisa ngewujudin itu.

Kamu mau kaya? Lagi-lagi cuma kamu yang bisa merealisasikannya.

Kamu mau dapet jodoh yang wow? Cuma kamu yang bisa nentuin kualitas diri untuk dapet jodoh yang wow.

Kamu mau apa lagi? Mau buat perusahaan yang besar? Mau jadi pemimpin hebat? Ya cuma kamu yang bisa nentuin pilihan itu.

Cuma kamu yang ngebawa kamu mau jadi apa dan mau berbuat apa. Bahkan sekali pun perbuatan negatif. Itu cuma kamu yang bisa ngendaliin dan mutusin.

Kamu mau ngerokok ya itu pilihan kamu, dengan konsekuensi kesehatan kamu bakal terancam. Berbagai pilihan di dunia ini sudah sangat jelas. Antara baik dan buruk, hitam dan putih. Kita hanya diperintahkan untuk memilih. Bukankah hidup itu pilihan?

Jadi kalau kamu mau jadi pengusaha besar, ya itu pilihan kamu dan cuma kamu yang bisa ngewujudinnya. Bukan papa mama, atau orang lain.

Kamu mau masuk PTN yang wow misalkan. Ya cuma kamu yang nentuin harus usaha seberapa keras untuk bisa masuk PTN tersebut. Yang mau masuk kan kamu, dan yang harus belajar juga kamu, karena yang ngerasain suksesnya nanti kamu. Bukan orang tua atau tetangga.

Kadang saya suka mikir, gimana kalau udah gak ada orang tua, gimana kalau blablabla. Sebenernya ya gimana kita sih, kata saya bilang tadi, cuma kita yang bisa ngerubah hidup kita.

Masuk gak sih pendapat saya ini?

Oke contoh konkrit deh ya.
Contoh pertama. Misal kamu terlahir dari keluarga yang berkecukupan, yang bisa beli ini itu dengan mudah. Terus orang tua kamu mau kamu jadi orang besar, katakanlah dokter. Jadi dokter harus pinter dong? Ya kali gak pinter. Nah, demi mengejar cita-cita orang tua kamu yang ingin kamu jadi dokter, semasa SMA kamu dicekokin les di sana-sini. Ya les pelajaran UN dan SBM, les Bahasa Inggris, les beladiri biar sehat, dll. Dengan tujuan UN dan SBM bisa dikuasai sehingga bisa dengan mudah masuk jurusan kedokteran yang telah lama diimpikan. Itu keinginan orang tua ya, keinginan orang tua. Tapi sebenernya kamu tuh ngejalanin les-les kamu itu dengan terpaksa, karena tuntutan dari orang tua. Sebenernya kamu males ikut les, kamu lebih seneng nongkrong sama temen. Begitu.

Contoh kedua. Kamu dilahirin dari keluarga yang biasa-biasa aja, yang semangat dalam belajar dan mengejar cita-cita tuh biasa aja, gak ada keinginan keras atau tuntutan dari orang tua. Mungkin motto hidupnya: yang penting hidup dan cukup. Gitu kali ya. Pokoknya keluarga kamu tuh gak ngefokusin atau ngeutamain cita-cita, jadi hidupnya let it flow. Tapi kamu punya keinginan yang besar, untuk jadi ‘orang’ di masa depan. Bukan jadi orang yang biasa aja seperti keluarga kamu. Akhirnya kamu belajar dengan penuh semangat demi mencapai cita-cita kamu. Kamu belajar Bahasa Inggris lewat internet, nyari modul materi pelajaran lewat internet, dll. Pokoknya kamu semangat untuk ngeraih cita cita kamu walaupun tanpa motivasi dari orang lain. Gitu.

Let’s see. Saya kira teman-teman pembaca sudah bisa mengambil kesimpulan dari dua contoh diatas. Apa ayo kesimpulannya? Seperti apa yang sudah saya ulas di awal tulisan, bahwa cuma kita yang bisa nentuin jalan dan pilihan hidup kita. Mau sekuat apapun motivasi dari lingkungan, orang tua, teman, guru biar kita sukses, tetep aja kalau gak ada dorongan dari diri kita, semua motivasi dari luar itu cuma omong kosong. Sebaliknya, kalau pun tanpa ada motivasi dari luar, tapi dari diri kitanya punya keinginan yang kuat untuk maju, ya pasti bisa.

Pasti sering kan kamu atau orang ngomong kayak gini: “Ya gimana kitanya sih. Kalau kitanya blablabla…” Ya kan?

Terlepas dari kehendak Allah, kita diberikan pilihan untuk memilih. Kita mau sholeh/sholehah ya tinggal. Kita mau baik ya tinggal. Kita mau dermawan ya tinggal. Asal kitanya mau apa enggak.
Saya nulis ini karena saya mau, karena mungkin cuma saya yang mau nulis ginian wkwk. Ya gak apa-apa, bercerita untuk berbagi. Untung-untung kalau bisa menggerakkan hati pembaca sekalian.

So, inget ya. Cuma kamu. Cuma kamu!

Komentar

  1. Tulisanmu bagus dan memotivasi, terus motivasi orang lain melalui tulisanmu terutama teman-teman seperjuanganmu , Good job akbar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap akang terima kasih, mohon dukungannya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

Praktek Nikah

Kutub Kebaikan dan Kutub Keburukan