Bukber, Haruskah?

Sumber gambar : https://life.idntimes.com

Apabila Bulan Ramadhan tiba, pasti undangan bukber sudah menanti. Alumni SD lah, SMP lah, SMA lah, atau bukber organisasi pun biasa dilakukan.

Katanya, bukber diadakan untuk menyambung tali silaturahim antar teman lama, atau 
sekadar jumpa disela-sela kesibukan.

Tentu baik jika niatnya untuk menyambung tali silaturahim dan berjumpa dengan kawan lama. Baik sekali Ramadhan ini, menyediakan waktu khusus untuk bersilaturahim, mempertemukan kawan-kawan lama dalam satu meja makan.

Bukber biasa diadakan saat pertengahan Bulan Ramadhan, karena mungkin mencari waktu yang ideal. Jika awal Bulan Ramadhan berbuka dihabiskan dengan keluarga, ya di pertengahan bisa lah menyempatkan waktu untuk berbuka bersama dengan kawan-kawan lama. Karena kalau di akhir Bulan Ramadhan, dikhawatirkan banyak teman yang sudah mudik. Mungkin begitu...

Tahun ini, saya diajak buka bersama oleh teman-teman saya. Mungkin sudah sekitar 4-5 undangan buka bersama. Tapi, tidak satu pun dari kelima undangan itu, saya hadir. Karena ada beberapa hal yang tidak bisa saya tinggalkan, akhirnya saya memohon maaf kepada mereka, kalau saya tidak bisa hadir.

Sebenarnya, terlepas dari sibuk atau tidaknya saya, saya berprinsip, bahwa buka bersama itu bukan sebuah acara yang sangat penting. Karena saya yakin, didalamnya pasti terdapat hal-hal yang mungkin akan mengurangi kadar pahala berpuasa. Mungkin ini akan terdengar subjektif, tetapi ini pemikiran dan opini apa adanya saya terhadap ‘bukber’.

Ketika ada undangan buka bersama, pasti kita diwajibkan hadir sebelum waktu maghrib, ya mungkin 30 menit sebelum adzan maghrib. Dan tentu, kita pasti akan bertemu teman-teman kita. Ketika kita bertemu, berkumpul, dan menunggu waktu berbuka, biasanya apa yang kita lakukan? Pasti mengobrol. Dan mungkin isi obrolan yang kurang penting pun termasuk didalamnya.

Setelah waktu berbuka tiba, akhirnya kita makan bersama, sambil sesekali melontarkan candaan yang membuat suasana bukber menjadi hangat. Saking hangatnya, mungkin bagi sebagian orang shalat maghrib pun menjadi ngalor. Karena saking hangantnya, dan mengutamakan anjuran ‘bersegeralah dalam berbuka puasa’, makan berat pun langsung dilaksanakan, dan mungkin membuat shalat maghrib agak tertunda.

Saya yakin, dan saya pun tidak ingin menutup telinga, bahwa pasti ada diantara teman-teman yang langsung melaksanakan shalat, walaupun sedang buka bersama. Tapi entah mengapa, diri saya ini cenderung tidak terlalu ingin ketika diajak buka bersama, karena mungkin salah satu alasannya, ada kemungkinan shalat maghrib saya tertunda. Dan jujur, saya kurang nyaman.

Mungkin ini terdengar sangat subjektif, dan mungkin teman-teman akan berujar “Ah, kaku amat sih lo!”

Ya itu silahkan, saya pun tidak menampik kebaikan-kebaikan yang ditawarkan ketika kita memenuhi sebuah undangan buka bersama. Tapi sekali lagi, saya juga punya prinsip, hehehe.

Mungkin kita akan shalat maghrib di mushola tempat makan tersebut, sambil sedikit berdesakan. Dan, sudah pasti, setelahnya obrolan pasti dilanjutkan. Sampai mungkin tidak terasa, waktu ‘isya sudah datang. Karena kita semua tahu, antara waktu maghrib dan ‘isya itu tidak terpaut lama. Setelah adzan ‘isya berkumandang, kebanyakan dari kita langung pulang, langsung ke masjid atau mushola, atau melanjutkan obrolan? SIlahkan mungkin teman-teman yang sudah sering bukber, bisa menjawabnya.

Dan saya kira, shalat tarawih itu sangat perlu, sangat penting untuk kita lakukan. Saya berusaha, agar shalat tarawih saya selama 29/30 hari berpuasa, tidak ada satu pun yang bolong. Karena pahala, keutamaan shalat tarawih hanya kita dapatkan di Bulan Ramadhan, tidak ada diluar Bulan Ramadhan. Dan mungkin, teman-teman akan berujar, “Kan shalat tarawih sunnah, santai aja dong. Dirumah juga sendiri bisa.” Iya, memang benar, tapi saya kira sungguh meruginya kita apabila melewatkannya hanya untuk berkumpul dan tertawa tidak jelas.

Disatu sisi, bukber menjadi acara yang baik dilakukan, karena mempertemukan, mengumpulkan, kawan-kawan lama kita. Menjadi ajang silaturahim. Tetapi disisi lain juga, bisa menghadirkan keburukan-keburukan yang kita tidak sadari. Jadi, bukber itu mendekatkan yang jauh (berkumpul bersama kawan lama) sekaligus menjauhkan yang dekat (hubungan dengan Allah).

Sebaiknya, kita harus mengadakan acara bukber yang benar-benar islami. Bukber kan hanya ada di Bulan Ramadhan, bulan yang sangat islami. Tentu segala kegiatan yang kita lakukan juga harus islami dong. Jadi acaranya disusun, mulai berbuka dengan ta’jil, ta’jinya pun kurma, lalu langsung mendirikan shalat maghrib berjama’ah, setelah itu baru makan berat. 
Setelah adzan ‘isya berkumandang, langsung mendirikan shalat ‘isya. Bahkan shalat tarawih berjama’ah. Kalau perlu undang penceramah dan imam kondang, agar bukbernya semakin berkah. Kalau bisa, undang Aa gym, terus imamnya Muzammil Hasballah. Atau, undang Yusuf Mansur, imamnya Wirda Mansur, eh hehehe.

Jadi bukber tidak hanya ajang bertemu kawan lama, tetapi harus ada nilai keislaman didalamnya. Jadi bukber tidak hanya diisi dengan ‘mendekatkan diri kepada kawan-kawan lama’, tentu harus juga ‘mendekatkan diri kepada Sang Pencipta’.

Bagi teman-teman yang masih memiliki jadwal bukber, jangan lupa shalatnya, jangan sampai ngalor. Yang wajib iya, yang sunnah diusahakan.

Mungkin cukup opini hari ini, mohon maaf jika didalamnya terdapat kata atau kalimat yang menyinggung. Mari kita fokuskan ibadah kita, jangan sampai Tamu Agung ini kita abaikan.

***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya