Full of Maksiat

Saya termasuk pengguna media sosial aktif, yang saya sering gunakan ialah WhatsApp, Line, dan Instagram. Pasti kebanyakan nak muda menggunakannya juga. Sama seperti Anda yang sedang membaca tulisan ini, pasti termasuk pengguna media sosial yang aktif.

Media sosial seperti Line atau WhatsApp lebih sering digunakan untuk chatting, ketimbang nge-post sesuatu. Karena memang WhatsApp fungsinya hanya itu, chatting. Sedikit berbeda dengan Line, yang menyuguhkan fasilitas post timeline, game, official account, dlsb. Tapi kedua media sosial tersebut fungsi utamanya sama-sama untuk chatting.

Berbeda dengan Instagram. Media sosial yang satu ini fungsinya lebih ke share (post) foto, vidio, story. Memang ada juga fasilitas direct message, tapi bukan sebagai fungsi utama 
dari Instagram.

Yang akan saya soroti ialah penggunaan media sosial Instagram. Instagram seakan-akan menjadi tempat berbagi sesuka hati, dari foto rekreasi sampai masalah pribadi. Oke itu bukan masalah jikalau tujuannya baik, berbagi cerita kita sedang apa, dimana, dan dengan siapa. Tapi yang masalah itu yang share foto atau video yang tidak layak untuk di share.

Coba Anda buka explore Instagram Anda. Foto dan vidio yang terdapat disana beragam, yang positif dan negatif ada. Saya suka miris kalau lihat foto anak seumuran saya (17an) berani share foto yang bisa dibilang tidak senonoh. Pake baju iya, nyeplak juga iya. Atau misal ada pasangan muda yang dengan bangganya share foto mereka lagi ngerayain anniv-nya, fotonya di kamar hotel dengan hiasan bunga-bunga berbentuk love. Ada lagi yang foto box sama pacarnya dengan gaya yang kurang pantas; pelukan, ah dll. Ngewa euy. Dengan bangganya nge-share foto gituan. Seakan-akan itu tuh baik, keren, kekinian, dan gaul. 

Belum lagi yang post foto bareng temen-temen pake baju yang minim banget, kek mau ke club. Udah kayak si awkering.

Nakal masih dalam batas wajar ya alasannya? Lu lagi masih batas wajar!

Berbagi foto dan vidio yang menurut mereka keren dan kekinian seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer mereka. Rasanya ingin cepet-cepet post dan dilike banyak orang. Yang post foto pacaran dikomen kek gini “Langgeng yaa.<3”. Ngedo’ain mereka langgeng tuh sama dengan kita menyetujui mereka berlaku maksiat terus-menerus. Kali-kali lah komen “Semoga cepet yaa.”, “Ayoo, bentar lagi juga putus ayoo.” Biar mikir.

Jadi sekarang media sosial tuh bukan hanya full of manfaat, tapi full of maksiat juga.                 

Ya begitulah refleksi anak muda zaman sekarang. Lu-lu yang bangga karena itu, stop deh. Manfaatnya apa? Adakah pesan moralnya?

Ini akibat apa coba? Akibat nurutin gaya hidup kebarat-baratan, atau istilahnya westernisasi. Jadi post foto pelukan, ciuman itu wajar, post foto pake baju minim itu wajar, post foto lagi ngerokok, minum itu wajar. Semua aja wajar ya. Makan tuh wajar.

Untuk yang gak kayak gitu, jangan mau ya. Stay good. Kalau bisa sih ya konsisten dalam berbuat baik ya, kalau bisa. Kalau enggak ya minimal jangan ngelakuin yang enggak-enggak, yang bakal buat malu orang tua. Kasian orang tua cari duit kerja keras, sama anaknya dipake gak jelas. Hmm.

Sekian ah, mohon maaf apabila menyinggung. Bukan maksud menggurui, hanya berbagi pendapat pribadi soal ‘kekinian’.

Komentar