Warteg
Sumber gambar: http://www.bintang.com |
Tadi siang, sekitar pukul 11.00, saya tidak sengaja melewati
warteg. Yang kelihatannya warteg itu dipenuhi pengunjung, karena terlihat
banyak motor yang parkir didepannya. Saya pada awalnya mencoba ber-husnudzon, barangkali motor-motor itu
bukan pengunjung sekaligus penikmat makanan warteg di siang hari, melainkan
tamu sang pemilik warteg.
Namun, sudut mata saya menangkap bahwa didalam warteg
tersebut riuh oleh orang-orang yang sedang makan. Ah, saya kecewa. Saya tahu, bahwa pemilik warteg itu muslim, tapi
itu cukup aneh bagi saya, karena wartegnya tetap buka di siang bolong.
Wartegnya tetap buka melayani para pekerja yang perutnya sudah teriak tak tahan
ingin diisi.
Kata Rasul, kalau kita memberi makanan untuk berbuka puasa
kepada orang yang sedang berpuasa, kita akan mendapat pahala orang yang
berpuasa itu, tanpa mengurangi kadar pahala orang yang sedang berpuasanya. Nah, pertanyaan awam saya ialah, apakah
jika kita melayani orang yang ingin makan disaat orang lain berpuasa, kita akan
mendapat dosa yang sama dengan orang itu? Dengan catatan orang yang tidak
berpuasa itu muslim ya.
Bagaimana kira-kira teman-teman? Entahlah, biarkan ustadz
yang menjawab.
Namun satu hal yang pasti, itu bukan tindakan yang
dibenarkan. Melayani pengunjung di siang bolong, padahal mereka sama-sama
muslim. Pemilik wartegnya muslim, pengunjungnya muslim. Bagi saya ini suatu
kejanggalan. Aneh. Tidak habis pikir. Mungkin bagi tempat makan yang pemiliknya
non-is, atau tempat makan besar ala
amerika, dan teman-temannya, mereka tetap buka dikarenakan pengunjungnya juga
kebanyakan non-is (di Bulan
Ramadhan).
Saya pernah diingatkan ketika ceramah tarawih, bahwa katanya
yang sengaja tidak berpuasa, padahal ia mampu berpuasa, ia termasuk orang yang
amat sangat lalai, bahkan binasa. Karena sudah meninggalkan ibadah yang wajib
(puasa Ramadhan), yang kita ketahui puasa itu salah satu rukun islam. Tentu patut dipertanyakan keislaman
seseorang, jika ia memilih tidak berpuasa padahal tidak ada uzur yang
menghalanginya.
Sungguh miris. Saya jadi ingat petuah seorang ustadz, ketika
ceramah tarawih, beliau menyampaikannya dengan bahasa sunda,
“Cik atuh warung teh
mun keur shaum mah tutup heula. Da mun tutup ge moal matak nepi ka teu bisa
dahar. Nya keur siang mah tutup weh heula, engke maghrib kaditu mah nya teu
nanaon. Atuh sabulan tutup mah moal nanaon, da 11 bulan kamari ge nonstop buka.
Sing yakin, da nu ngatur rejki mah Gusti Allah. Ayeuna ge pan hirup angger,
dahar angger.”
(Tolong, ketika shaum, warung diharapkan tutup dulu. Kalaupun
tutup, kan tidak akan sampai tidak bisa makan. Ya kalau siang tutup saja dulu,
nanti setelah maghrib kesana tidak apa-apa. Warung tutup satu bulan mungkin
tidak akan apa-apa, 11 bulan yang lalu kan sudah nonstop buka. Harus yakin,
yang mengurus rezeki Allah. Buktinya sekarang, masih hidup dan tetap masih bisa
makan.)
Seakan-akan Bulan Ramadhan ini diabaikan, bahkan usir. Bulan
Ramadhan seolah menjadi momok menakutkan bagi mereka para pemilik rumah makan.
Mereka memilih tetap buka dan melayani nafsu kelaparan dari mereka yang
sama-sama muslim.
Tidakkah bisa menutup sementara warungnya? Cukup ketika jam
berpuasa saja. Menjelang waktu berpuasa tetap dipersilahkan buka, melayani
mereka yang ingin berbuka. Bahkan bulan puasa ini bisa dijadikan ladang pahala
bagi mereka pemilik rumah makan. Mungkin ketika waktu berbuka puasa tiba, bisa
menyediakan ta’jil gratis bagi para pengunjung rumah makannya. Mungkin itu
kecil dan sedikit, tapi pahalanya tidaklah sedikit. Apalagi tiap hari selama
bulan puasa.
Lah ini, malah
buka di siang hari dan mempersilahkan saudara muslimnya untuk makan enak, makan
santai. Mungkin setiap dosa yang kita lakukan di bulan puasa ini juga
dilipatgandakan oleh Allah. Orang lain mah
berburu pahala, ini kok malah memfasilitasi orang untuk berbuat dosa.
Mungkin mereka berpikir, “Ah
gak apa-apa buka. Toh yang gak puasanya bukan saya. Ya tetep dosa dan salah
mereka. Siapa suruh gak puasa dan makan.”
Lah?!
Ya sudahlah, lana
a’maluna walakum a’malukum. Bagi kagi amalan kami, dan bagi kamu amalan
kamu.
Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita, membukakan hati yang tertutup,
membersihkan hati yang keruh, meluruskan hati yang berkelok, dan menutup
celah-celah hati yang akan mengundang setan dan keburukan masuk. Insya Allah,
aamiin.
***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#Challenge
#Aksara
Komentar
Posting Komentar