Kebaikan Hadir dari Siapapun

http://www.onelightcommunity.com

Beberapa waktu yang lalu, adik saya menonton sebuah acara hijab di salah satu stastiun televisi swasta. Acara tersebut menampilkan model wanita yang menggunakan pakaian hasil rancangan sang desainer. Dan, para model itu pun berjalan ala catwalk meperlihatkan pakaian yang sudah dirancang desainernya.

Tanpa sengaja saya pun ikut menonton acara itu. Dan seketika adik saya pun bertanya,

“A, emang boleh ya perempuan jalan kayak gitu?” *maksudnya lenggak-lenggok

Saya pun diam dan sedikit berpikir. Boleh tidak, ya? Saya pun mencoba menjawab,

“Menurut aa, boleh de. Karena kan itu pakaian yang dipakai syar’i, auratnya tidak terbuka. Dan insya Allah itu manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya. Itu kan untuk mempresentasikan karya desainernya. Nantinya orang-orang bakal minat tuh desain baju, dan pada beli kan. Insya Allah dengan diperlihatkannya desain baju itu, jadi banyak orang yang tergerak untuk beli baju syar’i. Tapi entah sih de, karena mungkin gak semua baju yang diliatin itu kan gak syar’I, ada juga yang sebagian bagian dadanya gak ketutup. Jadi ya begitulah, ada plus minusnya. Tapi kalau kata aa, bakal lebih bagus kalau cuma dipajang, tanpa dipake dan diperlihatkan sambil lenggak-lenggok.” jelas saya.

Adik saya pun mengemukakan pendapatnya,                 

“Tapi a, aku pernah baca, katanya itu tuh gak boleh. Lenggak-lenggok didepan yang bukan mahram gak boleh. Dan katanya sih itu tabarruj. Iya gak sih a?”

“Emmm. Tabarruj?”

“Iya, tabarruj.”

“Tar deh aa cari lagi ya.”

ooo

Begitu kurang lebih percakapan yang saya lakukan dengan adik saya. Teman-teman tahu tabarruj tidak? Setelah saya mendengar kata ‘tabarruj’ dari adik saya, saya rasa kata itu terasa familiar di telinga saya. Ya mungkin saya pernah mendengar atau membaca tentang ‘tabarruj’. Tapi saya lupa, sebenarnya apa tabarruj itu.

Dan akhirnya saya pun memutuskan untuk mencarinya, apa itu tabarruj. Dari sumber yang dipercaya, tabarruj ialah :

Kata tabbaruj Allah sebutkan dalam Al-Quran surah Al-Ahzab, 
“Hendaklah kalian (para wanita) tetap dirumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang-orang Jahiliyah terdahulu…” (QS. Al_Ahzab: 33) 
Al-Qurthubi menjelaskan makna at-tabarruj secara bahasa, beliau mengatakan, 
وَالتَّبَرُّجُ: التَّكَشُّفُ وَالظُّهُورُ لِلْعُيُونِ، وَمِنْهُ: بُرُوجٌ مُشَيَّدَةٌ. وَبُرُوجُ السَّمَاءِ وَالْأَسْوَارِ، أَيْ لَا حَائِلَ دُونَهَا يَسْتُرُهَا 
Tabarruj artinya menyingkap dan menampakkan diri sehingga terlihat pandangan mata. Contohnya kata: ’buruj musyayyadah’ (benteng tinggi yang kokoh), atau kata: ’buruj sama’ (bintang langit), artinya tidak penghalang apapun di bawahnya yang menutupinya. (Tafsir al-Qurthubi, 12/309).Sementara makna tabbaruj seperti yang disebutkan dalam ayat, Ibnul Jauzi dalam tafsirnya menyebutkan dua keterangan ulama tentang makna tabarruj, 
Pertama, Abu ubaidah, 
التبرُّج: أن يُبْرِزن محاسنهن 
“Tabarruj: wanita menampakkan kecantikannya (di depan lelaki yang bukan mahram).” 
Kedua, keterangan az-Zajjaj, 
التبرُّج: إِظهار الزِّينة وما يُستدعى به شهوةُ الرجل 
“Tabarruj: menampakkan bagian yang indah (aurat) dan segala yang mengundang syahwat lelaki (non mahram).”[Zadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, 3/461].                                                                   
Berdasarkan keterangan di atas maka segala upaya wanita menampakkan kecantikannya di depan lelaki lain yang bukan mahram, termasuk bentuk tabarruj yang dilarang dalam ayat di atas. Karena itu, memakai pakaian ketat, pakaian transparan, atau menutup sebagian aurat, namun aurat lainnya masih terbuka, atau obral make up ketika keluar rumah, semuanya termasuk bentuk tabarruj yang dilarang dalam syariat.
Oohh, jadi begitu ya yang dimaksud dengan tabarruj. Alhamdulillah, jadi nambah ilmu, kan?
Kalau soal model syar’i itu saya tidak berani memberikan fatwa. Bukan ahlinya heheh. Soalnya, mungkin di satu sisi ada baiknya, tapi kalau ditelusuri lebih jauh, tidak semua baju yang dipakai dan diperlihatkan itu syar’i. Jadi, bagaimana dong? Entah, wallahu a’lam.
Alhamdulilah adik saya mancing saya, biar saya nyari apa tuh tabarruj. Sebenarnya, kalau saja saya tidak ingin mencari, saya bisa saja pura-pura memberi jawaban, atau mungkin sok tahu. Tapi tidak ah, itu ilmu Allah. Dan tentu sangat beresiko kalau saya harus sok tahu.
Karena, menjawab ‘tidak tahu’ itu bagian dari ilmu lho. Daripada sok-sok-an tahu dan jawab seenak jidat, lebih baik jawab ‘tidak tahu’. Itu adab orang berilmu, tidak berani memberi jawaban terhadap apa yang ia tidak ketahui. Jadi, yuk mulai stop sok tahu terhadap apa-apa yang kita tidak ketahui secara lengkap. Karena tidak jarang, kita hanya mengetahui informasinya 50%, tapi kita dengan beraninya menyebarkan informasi itu. Salah-salah itu bisa jadi kebohongan. Karena kebohongan besar itu ialah kebenaran yang tidak lengkap, atau kebenaran yang diubah sedikit.
Dan, alhamdulillah juga Allah membukakan hati saya ini untuk menerima ilmu dari adik saya. Dia masih SMP, dan saya sudah lulus SMA. Mungkin bisa saja saya merasa kalau ilmu saya lebih dari adik saya. Tapi tidak, alhamdulillah Allah menuntun diri saya menjadi pribadi yang senang belajar, hehe.
Intinya, kita harus mau menerima kebaikan dari siapapun. Yes, from anyone. Karena saya yakin, seburuk-buruknya karakter seseorang, pasti akan selalu ada kebaikan dalam dirinya. Jadi, kita jangan pernah menampik atau menolak kebaikan, sekalipun itu dari orang yang ‘kurang baik’.
Pernah mendengar “Jangan dilihat siapa yang menyampaikannya, tapi dengarlah apa yang disampaikannya.”? Pasti pernah.
Saya kira, sudah jamak terpatri dalam diri kita, kalau kita lebih sering melihat ‘siapa dulu orangnya’ baru ‘apa yang disampaikannya’. Ketika ada seseorang yang kita anggap ‘buruk’, lalu ia berkata sesuatu yang baik, kita seolah-olah menolaknya. Mungkin kita akan berpikir “Ah, kamu dulu benerin, baru ngasih tau ke orang lain.”
Kalau kita menunggu diri kita baik lalu memberi nasihat kepada orang lain, sampai kapan kita akan menunggu diri kita baik? Karena perbaikan diri itu bersifat continue, yakni berkelanjutan. Kita tidak akan pernah merasa diri kita baik sampai kapan pun. Karena kita memang ditakdirkan tidak sempurna. Nah, ketidaksempurnaan itulah yang mengaharuskan kita belajar. Ya belajar menyampaikan yang baik walaupun diri kita belum baik. Dan juga belajar mendengar kebaikan dari orang yang mungkin ‘belum baik’.
Sekalipun kebaikan itu terlontar dari musuh kita, tentulah kita harus menerimanya. Jangan sampai hati kita tertutup hanya karena melihat orang yang menyampaikannya. Buka dulu hati kita, pastilah kebaikan itu akan hadir kepada kita. Kalau belum apa-apa sudah memberikan stigma negatif kepada seseorang, pasti apapun yang ia lontarkan akan kita tolak, sekalipun itu bernilai kebaikan.
Pada intinya, ayo belajar menerima kebaikan dari siapapun. Mau itu dari junior kita, adik kita, bahkan dari seorang musuh sekalipun. Dengarlah apa yang ia sampaikan, jangan tolak kebaikan dari orang yang ‘buruk’. Karena, kebaikan akan selalu ada pada diri seseorang, seburuk-buruknya, seancur-ancurnya seseorang, fitrah manusia tetap ada pada dirinya. Fitrah mampu berpikir dan bertindak benar tetap ada pada dirinya.
“Seburuk-buruknya karakter seseorang, nilai kebaikan pasti tetap ada pada dirinya. Jangan pernah menutup hati, karena jika hati kita sudah tertutup, segala kebaikan pasti akan kita tolak. Tetapi, buka dulu hatimu, pasti setiap kebaikan akan hadir pada hati kita.”
***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Pidato : Persahabatan yang Sesungguhnya

JADWAL RUTIN KAJIAN ISLAM BANDUNG

Melankolia