Dirimu Tidaklah Sempurna

Sumber gambar: http://penghuni60.blogspot.co.id

Anda pernah melihat seseorang yang mungkin penampilannya secara fisik “tidak lebih baik” daripada Anda? Lalu Anda merasa diri Anda lebih baik darinya?

Misalkan mungkin bertato, laki-laki berambut panjang, wanita yang berpakaian mini dan ketat, wanita yang tidak berkerudung.

Lalu seketika Anda memandang orang itu dengan sebelah mata. Memandangnya sinis, merasa bahwa diri Anda lebih baik dan lebih sholeh darinya.

Padahal Anda tidak tahu bagaimana isi hatinya, bagaimana kesehariannya, tetapi dengan secepat kilat mudah sekali memberikan justifikasi.

Terlebih bagi mereka yang mungkin belum berhijab, seringkali mendapat kritikan yang pedas dari mereka yang sudah berhijab.

Saya kira, kita tidak boleh memberi judge dan merasa bahwa diri kita sudah lebih baik dari orang lain. Walaupun mungkin secara “penampilan” kita sudah terlihat lebih baik dari orang itu.

Seringkali kita merasa bahwa diri lebih baik, karena sudah berkerudung, karena sudah syar’i, berpakaian dengan baik, dan lain sebagainya. Dan memandang sebelah mata orang yang belum berpenampilan baik seperti kita.


Jika penampilan kita sudah baik, tentulah harus diimbangi dengan kebaikan dan kebersihan hati. Ya mungkin jika melihat orang yang penampilannya belum baik, kita do’akan, kita berhusnudzon, bahwa ia akan segera berpenampilan lebih baik.

Mungkin kita sudah merasa telah banyak berubah, memiliki ilmu agama yang luas, sehingga berani mengecilkan orang lain. Na’udzubillah. Sesungguhnya itu hanya mengecilkan diri kita sendiri.

Saya pernah mengikuti suatu kajian, dan sang ustadz memberi pesan yang bagi saya itu sangat mendalam. Katanya,
Jika Anda melihat orang lain yang mungkin ketika Anda melihatnya Anda merasa lebih suci dan mulia darinya, itu pertanda hati Anda bermasalah. Ketika melihat orang lain yang mungkin ‘tidak lebih baik’, saya selalu berpikir bahwa JIKA IA BERTOBAT, JIKA IA BERHIJRAH, MUNGKIN SAJA IA AKAN LEBIH SHOLEH DAN LEBIH BAIK DARI SAYA. Karena pastilah kita juga dulu pernah sepertinya, katakanlah tidak sebaik dan sesholeh sekarang.”
Bagi saya, itu sangat mendalam. Karena saya merasa, bahwa manusia punya ‘masalah’ dengan hatinya. Termasuk ketika merasa diri lebih baik, membandingkan kebaikan diri dengan kebaikan orang lain, dan lain sebagainya.

Kemarin pun saya dikejutkan oleh perkataan adik saya. Perkataannya menohok, menyusup 
ke hati dan pikiran saya, membuat saya tidak lupa perkataan itu. Saya kira itu harus menjadi pegangan setiap orang, agar selalu merasa ‘tidak lebih’ dari manusia biasa.

Adik saya mengutip perkataan seorang gurunya, ia berkata,       
Sebaik apapun kamu, jika kamu menganggap kamu lebih baik dari orang lain, maka celakalah hatimu.”
Bagaimana? Bagi saya itu sama mendalamnya dengan pesan ustadz tadi, sama-sama membuat saya berpikir. Jika saya sedang merenung bertafakkur tentang kehidupan manusia, saya berpikir, seringkali orang yang satu mencela, menghina, men-judge, merendahkan, sampai menjatuhkan orang yang lainnya.

Sampai kapan pun mungkin manusia akan seperti itu. Dari dulu, sekarang, dan sampai nanti.

Maka dari itu, kita harus selalu mau belajar. Belajar ilmu kehidupan, ilmu bagaimana berhubungan baik dengan sesama manusia. Berprasangka baik, berpandangan baik, berpikiran baik.

Mungkin itu sulit, tapi tentu tidak ada salahnya untuk selalu mau belajar bersihkan hati, sucikan diri.

***
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis itu..

Naskah Pidato : Revolusi Mental Generasi Muda

FOLLBACK DONG!