Air
Beberapa waktu lalu mesin air di rumah saya mendadak ngadat, sehingga untuk aktifitas
sehari-hari sementara waktu meminta ke kamar mandi kos-an nenek (kebetulan
rumah saya dekat dengan kos-an nenek). Mungkin ada 3 sampai 4 hari mesin air
itu ngadat, tidak bisa mengeluarkan
air sama sekali.
Air untuk aktifitas sehari-hari pun menjadi sangat terbatas,
sehingga harus menghemat. Untuk mandi pun cukup sulit, karena harus ekstra
hemat, untuk bagi-bagi dengan anggota keluarga yang lainnya.
Sampai akhirnya Bapak saya memanggil tukang untuk
memperbaikinya. Ternyata masalah ada pada salah satu alat mesin air tersebut,
yang dimana alat itu harus segera diganti. Setelah alat itu diganti, dan
memerlukan waktu sekitar 30 sampai 45 menit untuk uprak-oprek, alhamdulillah air kembali mengalir deras seperti
biasanya.
Dan pada saat itulah, saya merasa bahwa air itu sangatlah
berharga, sangatlah dibutuhkan. Mandi pagi untuk berangkat sekolah, butuh air.
Mau minum, butuh air. Mencuci, buang air, dan aktifitas lainnya air pasti
selalu dibutuhkan.
Tapi tak jarang kita mengabaikan nikmat melimpahnya air. Kran
air dibiarkan menyala terus-menerus padahal bak sudah penuh, mandi menggunakan
air yang tak sedikit, bahkan untuk bersuci pun (wudhu), air digunakan cukup banyak. Seperti kita berpikir bahwa air
akan senantiasa ada, melimpah, sehingga kita bisa menggunakannya sebanyak
apapun.
Saat kita bisa dengan mudahnya mendapat dan merasakan
nikmatnya air yang melimpah, mungkin diluar sana banyak saudara kita yang sulit
untuk mendapatkan air bersih.
Seringkali kita menjumpai saudara kita yang ketika berwudhu, membuka kran airnya terlalu
besar, sehingga air yang dikeluarkan sangat banyak. Padahal mengunakan air
untuk berwudhunya tak seberapa, tapi
air yang dikeluarkannya sangatlah banyak. Air yang sangat banyak digunakannya
itu yang membuat kualitas wudhunya
berkurang, malah jadi uprat-apret teu
puguh. Alangkah lebih baik jika membuka kran air secukupnya, sehingga
ketika wudhu, air yang dibasuhkannya
pun lebih merata.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya bukan? Mungkin Allah
ingin mengingatkan, bahwa menghemat air itu penting. Sudah terlalu banyak
sepertinya nikmat Allah yang kita abaikan, terlalu terlenanya diri kita,
sehingga seringkali kita lupa terhadap nikmat Allah.
Tahukah kamu seberapa banyak Rasulullah saw. menggunakan air
ketika wudhu dan mandi?
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan satu mud (air) dan mandi dengan
satu sha’ sampai lima mud (air).” (HR. Bukhari).
Satu sha’ sama dengan empat mud. Satu mud kurang lebih setengah
liter atau kurang lebih (seukuran) memenuhi dua telapak tangan orang dewasa.
Berarti ketika Rasul berwudhu, Rasul
menggunakan air kurang lebih setengah liter, dan ketika mandi menggunakan air
kurang lebih sebanyak 2 sampai 2 setengah liter.
Bagaimana dengan kita? Mungkin ketika mandi bisa menghabiskan
berliter-liter air ya.
Semoga kita tergolong orang-orang yang pandai bersyukur.
Semoga slogan hemat air bukan slogan semata, melainkan
tindakan nyata. Yuk, hemat air!
***
Catatan kaki :
Komentar
Posting Komentar